Jika saja tidak aku buka wadah itu mungkin angin masih semilir menyampaikan pesan para peri dari padang rumput
Angin berhembus kacau beberapa hari terakhir
seakan dia marah kepada ku yang dianggap salah oleh para dayang istana
hal tersebut bermula ketika aku diminta membawa sebuah wadah berbentuk bunga teratai dengan tutup mungil
karena tutupnya bergeser akibat gerakanku berjalan
aku membetulkannya
tapi aku tidak pernah tahu bahwa isinya adalah hal paling tabu yang pernah ku tahu
asap hijau dan biru mengepul keluar seperti buru-buru...
sejak saat itu angin menjadi kacau
daun daun yang disapu berterbangan kesana kemari seperti dikejar oleh mimpi buruk
aku disidang untuk gerakan kecil itu
setiap malam aku harus membuat pernyataan menyakiti fisikku sebagai rasa bersalah yang amat sangat
semua kulakukan dengan taat
tapi tetap saja ini adalah pelajaran agar aku semakin cermat
lahurieibrahiem
Kamis, 08 Juni 2017
Jumat, 19 Februari 2016
Senin, 22 September 2014
Aku menatap bulan
Malam ini semua sudah tertidur tak ada bunyi ... hanya ada suara angin malam yang terdengar lemah
hari yang benar-benar melelahkan, aku bekerja seharian tanpa henti mengumpulkan 73 anak panah disegala arah ...
hari ini aku menemani tuan mudaku mengikuti ujian memanah ...
tugasku mengumpulkan semua anak panah yang terlepas dan terpakai
saat ini aku menatapnya tidur untuk ukuran seorang laki-laki dia mempunyai kulit yang sangat halus
rahang yang indah dan alis yang tebal
matanya tertutup dalam damai ... dan nafasnya terdengar berat tapi teratur
setelah aku benar-benar yakin bahwa Dewa Morpheus telah mengalihkan alam sadarnya
aku pelan-pelan keluar dari kamarnya dengan membawa perlengkapan memanahnya
aku berlari kecil kearah tebing dimana kami berdoa pada hujan bintang ...
angin malam membuatku sedikit takut tapi rasa lelah membuat ku terus terjaga dan bergerak
memanjat tebing tersebut bukanlah perkara mudah tapi aku terus merangkak ...
hampir tengah malam aku sampai dipuncak ...
duduk sendiri menghadap ketimur bintang bintang terlihat sangat banyak disini seperti taburan berlian diatas kain yang hitam
dan mungkin malam ini sangat istimewa karena bulan terlihat lebih besar dari biasanya
seakan aku bisa menyentuh bulan ...
aku terpana dalam diam tak ada yang kupikirkan aku hanya menikmati ini
hari yang benar-benar melelahkan, aku bekerja seharian tanpa henti mengumpulkan 73 anak panah disegala arah ...
hari ini aku menemani tuan mudaku mengikuti ujian memanah ...
tugasku mengumpulkan semua anak panah yang terlepas dan terpakai
saat ini aku menatapnya tidur untuk ukuran seorang laki-laki dia mempunyai kulit yang sangat halus
rahang yang indah dan alis yang tebal
matanya tertutup dalam damai ... dan nafasnya terdengar berat tapi teratur
setelah aku benar-benar yakin bahwa Dewa Morpheus telah mengalihkan alam sadarnya
aku pelan-pelan keluar dari kamarnya dengan membawa perlengkapan memanahnya
aku berlari kecil kearah tebing dimana kami berdoa pada hujan bintang ...
angin malam membuatku sedikit takut tapi rasa lelah membuat ku terus terjaga dan bergerak
memanjat tebing tersebut bukanlah perkara mudah tapi aku terus merangkak ...
hampir tengah malam aku sampai dipuncak ...
duduk sendiri menghadap ketimur bintang bintang terlihat sangat banyak disini seperti taburan berlian diatas kain yang hitam
dan mungkin malam ini sangat istimewa karena bulan terlihat lebih besar dari biasanya
seakan aku bisa menyentuh bulan ...
aku terpana dalam diam tak ada yang kupikirkan aku hanya menikmati ini
Minggu, 20 April 2014
aku dan tuan mudaku berdoa pada bulan sabit
malam ini angin kering meniup semua api di istana
semua sudah terlelap dan terlarut kedalam mimpi
hanya aku yang masih tak tertidur
aku memegang beberapa helai daun bewarna indah dari tuan muda bermata hijau
daun berwarna biru yang berpendar dalam malam
terkesima aku dalam gelap
cahaya biru menyelimuti tanganku
sungguh indah
tiba-tiba tanganku di tarik dengan keras
tanpa melihat wajah ... aku tahu aroma tuan mudaku
dia menarikku tanpa bertanya
kakiku tergores oleh rumput berduri
tuan mudaku membawaku kedasar hutan
mendaki bukit kecil dan berdoa pada bulan sabit
semua sudah terlelap dan terlarut kedalam mimpi
hanya aku yang masih tak tertidur
aku memegang beberapa helai daun bewarna indah dari tuan muda bermata hijau
daun berwarna biru yang berpendar dalam malam
terkesima aku dalam gelap
cahaya biru menyelimuti tanganku
sungguh indah
tiba-tiba tanganku di tarik dengan keras
tanpa melihat wajah ... aku tahu aroma tuan mudaku
dia menarikku tanpa bertanya
kakiku tergores oleh rumput berduri
tuan mudaku membawaku kedasar hutan
mendaki bukit kecil dan berdoa pada bulan sabit
Rabu, 18 Desember 2013
Aku dan tuan mudaku, suara antara hidup dan mimpi
Aroma mawar di dalam angin
membuat lamunanku buyar ...
lamunan yang tidak pernah ada sebelumnya
Tuan muda ku terlarut bersama pikirannya dia sedang membuat pedang dari kayu Tirgia
pedang tersebut akan digunakan untuk kelas tak tik perang
pedang tersebut akan digunakan untuk kelas tak tik perang
dia menghaluskan kayu tersebut dengan menyayat permukaan kayu secara tipis dan halus
warna kayu tirgia yang kuning terlihat indah ...
pedang itu terlihat sngat nyata
aku sama sekali tidak tertarik dengan semangat tuan mudaku hari ini
ternyata angin tidak hanya membawa aroma mawar dari kebun sang Ratu
tetapi juga membawa suara petikan harpa tuan muda bermata hijau ...
aku .... merasakannya ... pelan-pelan seperti rasa asam bunga Arunus yang dimasak bersama ikan laut
tidak ada yang bisa menemukan bunga itu dalam masakan karena digiling halus bersama bumbu yang lain
rasa asamnya pelan-pelan ... meresap sampai ketulang ikan
itulah yang kurasa saat mendengar alunan melodi-melodi harpa itu
aku tidak tahu dari mana sumber suara datang ... apakah dari bagian barat atau bagian timur istana
aku hanya merasakannya .... menari sangat pelan .... antara hidup dan mimpi
Tuan mudaku tidak pernah peka ...
dia terlalu sibuk dengan pedang kayu nya
aku menatapnya ....
Selasa, 10 Desember 2013
Aku dan tuan bermata hijau II
Dengan malu - malu aku melangkah memasuki kamar tuan bermata hijau
kamarnya tidak besar ... tapi ditata dengan indah dan beberapa barang yang tidak pernah kulihat sebelumnya membuatku terpana
"duduklah ..."
aku langsung duduk diatas lantai
tuan bermata hijau terlihat heran ....
"duduklah diatas bangku itu ..."
"saya terbiasa begini tuan " aku menjawab sambil menunduk
lalu dia mulai memainkan harpanya ... harpa yang dibuat dari tulang ikan Gurburula ... warna putihnya seperti batu pualam
dan senar-senar perak itu bergetar menghasilkan irama yang cantik,mistik ....
aku tercengang ... aku menatap tangan tuan bermata hijau menari-nari bersama senar harpa ...
waktu bergerak dengan sangat pelan ... aku seperti dibawa ke dunia lain
ini sangat menenangkan ...
aku lupa ... aku adalah seorang budak ...
aku seperti mabuk ..
aku tidak mau berhenti ...
Aku dan Tuan bermata hijau
Hari ini ... langit begitu gelap ...
dan udara dingin mengigit tulang ... aku menghitung jari ... aku pikir ini memang sudah saatnya
musim dingin ... musim dingin yang kering
aku terus berjalan melewati lumut-lumut musim dingin
mengantar tuan mudaku kesekolah ilmu politik ... banyak buku yang harus kubawa
...
aku kembali untuk membereskan kamar tuan muda ...
mengganti bunga di dalam vas ...
dan mulai mengelap debu di semua buku ... tapi sayang aku tidak pernah tahu apa isi buku-buku itu
aku tidak bisa membaca ...
aku mulai membalik halaman demi halaman
aku melihat gambar para dewa dan dewi ... aku melihat gambar pelangi
tapi aku tidak bisa mengerti ...
buummmmmmmmm ... sebuah guci jatuh dibelakangku membuatku takut dan terkejut
aku menoleh ... ternyata tuan bermata hijau dia melihatku tersenyum sambil meletakkan guci pada tempatnya
aku sangat takut ... aku gemetaran ...
"ada yang bisa saya bantu tuan ?" aku bertanya dengan gemetar sambil menatap lantai
"tidak ... tidak aku mengikuti aroma dupa cendana dan menemukanmu,apakah kamu yang menguping aku bermain musik tadi malam ?"
aku semakin gemetaran .....
"maaf kan saya tuan ... saya tidak akan mengulanginya lagi "
"apakah kau suka musik itu ?"
"apakah kau suka musik itu ?"
"iya ... "
"hahhahahahh ... kau boleh mendengarku kapanpun kau mau "
"tuan muda tidak mengizinkan saya " aku semakin menunduk
"kapan dia pulang ?"
"sebelum sang ratu menyulam tuan "
"itu waktu yang lama ... kalau begitu rapikan kamar tuan mudamu lalu temui aku "
dia berlalu ... aroma citrus yang segar memenuhi ruangan
"sebelum sang ratu menyulam tuan "
"itu waktu yang lama ... kalau begitu rapikan kamar tuan mudamu lalu temui aku "
dia berlalu ... aroma citrus yang segar memenuhi ruangan
Langganan:
Postingan (Atom)