aromanya seperti kabut tipis ...
pelan-pelan aku mencabut kelopaknya satu-satu untuk sebuah kesempurnaan bentuk
sudah tak terhitung lagi berapa kali jariku tertusuk durinya ...
kelopak-kelopak tersebut aku taburkan kedalam bak mandi yang sudah di isi dengan susu kambing gunung oleh pelayan yang lain ...
dan beberapa potong jeruk manis yang berwarna matahari ...
aku mendapat tugas akhir ... mencampurkan kelopak mawar dan menyalakan beberapa lilin beraroma padang rumput ...
tiba-tiba tuan mudaku masuk ...
tanpa sehelai benangpun ... tanpa warna-warna yang menandakan kebesaran
tanpa tenunan-tenunan emas yang menghiasi bahunya
dia masuk kedalam bak mandi sebagai seorang pria muda

"haruskah saya keluar tuan ?"
"nyalakan beberapa lilin lagi dan taburi garam timur itu kemari"
aku menyalakan beberapa lilin lagi
dan mulai menaburi garam timur kedalam bak mandi perlahan-lahan
aku hanya menatap lantai ... menunduk pilu
aku tak punya darah menatap dunia ... aku masih anak-anak ... aku hanya budak ... ini terlalu indah untukku
tuan mudaku tertidur ...
tubuh sempurnanya telah menyatu dalam ramuan beraroma menggoda
aku buru-buru keluar dari kamar mandi ...
aku duduk didepan pintu kamar mandi seolah seperti penjaga ...
aku mengeluarkan beberapa kuntum bunga jeruk yang kusimpan di balik lipatan pinggang celanaku
aku menciumnya ... aku mencoba mencari ketenanganku sendiri ... aroma bunga jeruk membuat letihku hilang
aroma bunga jeruk ... seperti tinta penuh warna yang dituang kedalam cairan pikiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar