Kamis, 21 Maret 2013

Aku, tuan mudaku dan tarian tanpa akhir

" ikut aku ! "
" saya akan ganti baju "
" tak ada yang akan sesuai untukmu "

akupun mengikuti
baju berwarna gading itu terlihat begitu gagah dan cantik
pucat dan agung ...

tuan mudaku langsung masuk kedalam kereta yang ditarik oleh tujuh kuda putih
kereta melaju bersama irama roda dan sepatu-sepatu kuda
aku mengejar di belakang dengan kaki telanjang beberapa kerikil tajam cukup membuat kulit ariku merintih
perjalanan begitu jauh ... aku hanya menangis kesakitan
aku ingin berhenti tapi bagaimana nanti
tak ada pilihan , aku hanya bisa mengikuti

akhirnya kereta kencana itu berhenti disebuah istana yang sudah dihias dengan rumput yang merambat
rangkaian bunga begitu banyak ... beberapa kristal di letakkan diatas tempat yang tinggi
sehingga kristal-kristal itu memantulkan kembali cahaya bulan dalam berbagai warna

"kau tunggu disini"

tuan mudaku dan kusir yang pendiam itu masuk
nampak semua orang membungkukkan badan ... beberapa politisi penjilat menyambut tuan mudaku dalam keramahan yang dibuat-buat dalam euphoria sandiwara,

semua sudah masuk ...
hanya tinggal aku dan beberapa kereta kencana dari 13 negara bagian lain
aku duduk membersihkan darah dan bersandar pada roda belakang
...
setelah lewat tengah malam
pesta itu semakin riuh ... teriakan dan  tawa terbahak-bahak kerap terdengar
aku ingin melihat ..
aku mendekat ...
aku memanjat pagar ..
aku melihat mereka menari dalam gerakan kacau,menari diatas meja,,
kulihat tuan mudaku menari-nari dalam irama yang berlawanan,dalam pengaruh alam bawah sadar
...
mereka terjatuh diatas tanah dan tertidur
sedangkan yang lain tertawa-tawa linglung
tuan mudaku terus menari ... terus menari ... terus menari .., dia melihat ke barat lalu ke timur
lalu dia berputar dalam tarian yang bodoh ... dia tidak mau berhenti ...

dengan sigap dewi malam ... melintasi bumi ... kereta peraknya terus melesat kebarat
tuan mudaku terus menari ... kulitnya telah dicumbu matahari
aku melompat dari pagar dan berlari kearahnya ... dengan sigap aku menangkap tariannya dalam pelukan kecilku

"tuan harus pulang ini sudah pagi"
"aku ingin menari ....."

dalam kesadaran yang jauh tuan mudaku mengikuti ajakanku ...
aku memapahnya kedalam kereta kuda ...
dia memelukku ... aromanya sangat harum ...

akupun membangunkan kusir pendiam
tanpa banyak tanya ... dia langsung membenarkan keadaan
tuan mudaku tidak bisa mengendalikan tubuhnya
atas alasan itu ... aku diperbolehkan untuk ikut serta ...

kami pun kembali menelusuri jalan yang sama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar