Rabu, 10 Oktober 2012

Aku dan tuan mudaku merangkai daun anggur

Tuan mudaku membawaku ke hutan ...
aku hanya menurut
keranjang yang kubawa telah penuh dengan rumput-rumput liar
dengan bunga-bunga berkhasiat
dan beberapa jamur yang kupungut dengan gembira

ketika sampai di tengah hutan ...
aku melihat segerombolan semak anggur yang menjulur ke empat penjuru mata angin
Tuan mudaku membawaku ke hutan ...


aku berlari ...
dengan mata bersinar
kuraih buahnya yang ranum ... aku lupa aku hamba sahaya
aku lupa tuan mudaku menatapku ...
aku hanya tertawa ....
aku terlalu sibuk memetik dan mengunyah
tidak lupa aku memilih buah terbaik untuk Tuan mudaku
setelah aku cukup lama  ...
aku mendatangi Tuan mudaku yang duduk diatas tempat yang tinggi
dia melompat tepat dihadapanku
membelakangi dunia dan matahari
wajahnya hanya terlihat samar,gelap dan rapuh
aku takut dia akan memukulku
seperti kemarin karena aku menumpahkan sedikit kecap yang terbuat dari keong di atas meja makan
dia mendorong dan menuangkan kecap di kepalaku
...
otakku mengubah rasa khawatir dan rasa takut menjadi air mata ...
aku tidak di ajarkan untuk membela diri
aku diajarkan untuk mengangguk bahkan pada suasana yang jahat


aku menunduk dan gemetar ... Tuan mudaku akan membunuhku
aku tidak berarti baginya ,,, jika aku mati dia akan sangat mudah mempunyai budak yang baru
,,,
Tuhan ...
belum ada yang mengajariku tentang eksistensi tuhan
aku benar-benar sendiri

aku menunduk ketakutan sambil mengikuti gerak bayangan
aku melihat dia mengangkat satu benda yang asing

waktu berjalan lebih lamban
aku pasrah ...
Tuan mudaku meletakkan sesuatu di kepalaku
benda asing yang ringan dan tidak berbahaya

dia mengangkat daguku
"kenapa kau menangis dan ketakutan budak kecil ?"
aku meraba ...
ternyata Tuan mudaku membuat Mahkota dari daun anggur untukku
aku seperti Dewa Bacchuss ...

aku kembali tertawa dan mengejarnya di belakang ...
aku menawarinya buah terbaikku
dia mengambil dan menghabiskannya bersama senja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar