Senin, 15 Oktober 2012

Aku dan tuan mudaku berdoa pada hujan bintang

Aku berlari mengejar tuan mudaku
tapi dia berjalan terlalu cepat


bunga labu yang bermekaran disepanjang jalan menjadi berserakan
warnanya cantik seperti debu bulan
tuan mudaku tidak terlalu peka
dia seperti robot...
Suara malam terlalu lembut
aku takut...
tuan mudaku membelah udara
aku tidak banyak bertanya ,aku hanya harus mengikutinya
semak-semak bergerak tanpa suara
Nocturno telah membuka gerbangnya
kabut-kabut setipis kelopak bunga
menyentuh ujung jubah tuan mudaku
dia telah sampai di depan gunung kecil miliknya
dia memanjat dengan cepat ,tanpa peduli aku telah mati seperti kuli
dia mencapai puncak ...
dia tidak peduli aku bahagia atau tidak ... yang dilakukannya sekarang adalah tersenyum menentang kegelapan...
aku terus memanjat dengan tenaga kecilku
memegang beberapa rumput yang salah membuatku hampir jatuh
beberapa kuntum bunga labu yang bewarna debu bulan
menebarkan aroma basah ... ini terlalu susah
tiba-tiba tuan mudaku yang tidak berperasaan itu mengulurkan tangan
tangannya lebih halus dari tanganku...dengan sekali tarikan dia membawaku ke puncak
"sebentar lagi ... "
aku hanya diam ...
"duduk disitu ..."
aku duduk di tengah kegelapan ...dia membuatku takut bahkan untuk bernafas
"lihat budak kecil ....."
dia menunjuk langit ...
aku terpana .... itu seperti hujan tapi bercahaya,,,, itu seperti bintang tapi jatuh seperti hujan
mereka sangat banyak ... sangat indah dan jatuh secara melankoli
"berdoalah ... untuk masa depan "
aku hanya menutup mata dan tidak tahu harus berbuat apa,tidak ada masa depan dalam hidupku
yang ada hari ini aku harus membuat tuanku senang..

pelan-pelan aku mengeluarkan kuntum-kuntum bunga labu beraroma basah
kuletakkan di kaki tuanku...

hujan bintang itu telah membuatnya tersenyum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar